NONTON SERU TEKOLOGI BARU

Huaa, baru bisa ngeblogs lagi setelah disibukan dengan berbagai macam tugas yang bikin gerah, pagi ini aja habis ngerjain logika program 700 line yang bikin badan serasa rontok *lebai

Langsung aja, di postingan kali ini saya masih membahas tentang Teknologi-teknologi baru yang bisa membuat hidup terasa lebih “NIGEMAT” haha, salah satunya bagi kalian para “nontonersmaniak” yang kecanduan nonton di bioskop atau tempat-tempat nonton lainnya yang terbilang cukup wah, kali ini yang akan dibahas adalah Digital Cinema!

Tanya : Jiah,, kirain apa Digital Cinema bukannya kaya bioskop?

yups, tepat! salah satu contohnya memang BIOSKOP, tapi tahan bukan BIOSKOP biasa, tapi bioskop yang sudah mendukung teknologi ini, sebenarnya memang sudah diimplementasikan, ga semua tau tau tentang digital cinema ini, pasalnya teknologi ini baru diimplementasikan oleh sedikit distributor penyalur jasa peneyedia ‘lapal’ FILM terutama di Indonesia. Kuliatas dari Digital Cinema ini jauh lebih baik dan membuat kita “WAH” ketika melihatnya, didukung dengan sound-sound yang bikin kuping pengang + kalau bawa cewe tentu makin seru *ngaco* hahaha.

Sebut saja Bioskop di Indonesia yang sudah mengimplementasikan adalah BlitzMegaplex (malah baru satu-satunya), Bioskop ini sudah mendukung teknologi digital Cinema ini, tapi ya gitu, kata teman-teman saya sih harganya MAHAL!  :p hal ini menurut saya sih wajar-wajar saja, melihat teknologi yang juga implementasinya cukup memakan biaya, tapi sebanding lah dengan apa yang didapat

Tanya : lah, kalau begitu digital cinema apaan bedannya ma yang biasa?

Begini, yang biasa kita saksikan itu namanya sinema seluloid jadi diputar dengan seluloid, dan tentunya tidak akanb sebagus digital cinema ini, berikut kutipan yang saya ambil

Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektorfilm konvensional. Sinema digital berbeda dari HDTV atau televisi high definition. Sinema digital tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.

sinemadigital dapat dibuat dengan mediavideo yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format high definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit.

so, kesimpulannya sederhana, Mau nonton lebih berekspresi ya nonton pakai digital cinema, tapi ngak tanggung masalah harga yah :))

Tinggalkan komentar